Kamis, 03 Februari 2011

pelangi air mata

Waktu berjalan begitu cepat, rintikan air hujan menemaniku dalam lamunan. Sang pelangi enggan juga menampakkan keindahannya, entah mengapa. Aku benci akan pelangi dan rintihan air hujan, dialah saksi dimana aku kehilangan seorang yang kusayang. Kumerasa bahwa sang pelangi sedang tertawa bahagia melihatku mennagis menderita. Aku telah kehilangannya, dia yang selalu memberiku semangat, dia yang selalu mendukungku disaat aku rapuh, dia yang selalu ada disaat ku lemah. Namun kini ia telah tiada, dia telah meninggalkanku selamanya. Sejak saat itu, tak ada lagi yang menyapaku disaat ku mulai terbangun dari tidurku, tak ada lagi yang mengucapkian selamat malam saat ku menjelang tidur, tak ada lagi yang mengingatkan aku disaat aku lupa untuk makan karena tugas dan deadline yang membebaniku. Semua telah tiada dan semua telah sirna. Itu semua terjadi 2 tahun yang lalu. Disaat sang pelangi masih bersahabat dan sang mentari yang tersenyum manis.

                “pagi mamaku sayang” sapaku semangat
                “pagi juga sayang, wah kelihatan semangat sekali?” Tanya mama perhatian
                “iya dong ma, pagi-pagi harus diawali dengan ceria” dalihku
“iya, nanti pulang jam berapa? Kalau telat sms atau telephone mama dulu” pesan mama panjang lebar
                “siap bos, perintah laksanakan” sahutku dengan bercanda
                “Oh iya, ini sekalian mama titip brownies untuk Nico” titip mama
                “iya mama sayang, Sherine berangkat dulu. Assalamu’alaikum.” Pamitku
                “wa’alaikumsalam, hati-hati Rine” pesan mama
                “iya ma” jawabku sambil berteriak dari dalam mobil

                Semua berawal begitu indah, tak sabar hati ini untuk bejumpa Nico. Sang pujaan hati yang telah membuatku hatiku luluh lantah. Ku injak gas mobil dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai. Ku parkir mobil di bawah pohon yang rindang. Tanpa babibu, segera ku berlari menuju lapangan basket, dimana Nico sedang latihan sekarang. Tampak dari kejauhan, dia terlihat lelah dengan peluh yang mengguyur sekujur tubuhnya. Segera kuhampiri dia. Ingin ku basuh seluruh keringat yang berkucuran di wajahnya yang lembut.

                “sudah lama ya?” Tanya Nico sambil berlari kecil menghampiriku
“ngga kok, ini juga baru aja sampai. Haduh, keliahatan capek ya? Kasihan sayangku ini. Sini duduk dulu. Oh iya, ini brownies dari mama. Tadi mama titip buat kamu” ujarku sambil menyodorkan kotak berisi brownies dan air botol
“jadi ngerepotin, terima kasih ya sayang. Udah ah, kamu tunggu sini bentar ya. Aku mau ganti baju dulu. Mandi keringat, bau tau. hehehe” pamitnya sambil berlalu
                “iya, cepat ya. Nanti ke kelas bareng” teriakku
***
                Begitu indah pagi ini, melangkah kan kaki bersama menuju ke kelas. Semua mata memandang ke arahku. Sungguh indah nuansa saat itu, begitu memikat hati. Tanpa lelah, Nico selalu ada untukku saat suka maupun duka. Kelas masih sepi, lalu aku dan Nico bergegas menuju kantin untuk menemui Lena, sahabat yang selalu mendengarkan curhatku.

                “Sherine, Nico. Ke sini” teriak Lena memanggil kami
                “hai, maaf ya lama nunggu” terangku dengan pelan
                “ya, ngga apa – apa kok. Wah kalian ini tambah lengket saja” sindir Lena
                “jelas lah” jawab Nico konyol
                “malam minggu kita jadi hang out bareng kan?” Tanyaku to the point
                “ya jadilah. Aku tunggu ya, jangan sampai terlambat” pesan Lena
                “siap bos” sahut Nico

                Kami adalah sahabat yang selalu ada kapan pun dimana pun. Walaupun aku dan Nico bukan berstatus teman atau sahabat, namun Lena tak risih sengan kami. Justru Lena selalu mendukung kami. Mungkin awalnya kami aku agak canggung untuk membuka statusku kepada Lena, ternyata dia mampu mengerti.

                “Sherine, kamu dipanggil pak Joni di ruangannya” ujar Kania teman sekelasku
                “oke, thank’s ya. Nico, Lena, aku ke ruangan pak Joni dulu” pamitku
                “oke” jawab Lena singkat
“Len, aku mau cerita. Tapi jangan sampai Sherine tahu. Bisa gawat kalau Sherine tahu” terang Nico panjang lebar
                “siap. Mang apa Co?” Tanya Lena penasaran
“bulan lalu, aku divonis mengalami jantung lemah oleh dokter. Aku tak bisa mengikuti pertandingan basket minggu depan, jika aku tetap memakskan diriku, sama saja aku menjemput maut. Aku tidak ingin Sherine tahu hal ini, aku tidak mau membuat dia sedih. Aku harap kamu bisa menjaga rahasia ini Len” tutur Nico meyakinkan Lena
“tidak mungkin aku tidak bercerita kepada Sherine, semua tentangmu Sherine harus tahu” ujar Lena member pengertian
“aku akan memberi tahu Sherine, tapi tidak sekarang. Tunggu waktu yang tepat” terang Nico
“terserah kamu saja” jawab Lena pasrah
“balik ke kelas yuk” ajak Sherine tiba – tiba
“iya ayuk” jawab Nico dan Lena kompak

Kita melangkah bersama. Aku dan Lena member semangat untuk Nico agar mampu mengikuti pertandingan basket minggu depan dengan sukses. selama 2 hari Nico akan mengikuti pertandingan basket di Bandung, aku berharap Nico akan kembali dengan kemenangannya dan cintanya.
***
Malam kian larut, desiran angin malam menggelitik. Setelah selesai belajar, ku dengar handphoneku berbunyi. Terdapat pesan masuk dari Nico.
.Nico.
Malem Sherine ku, udah selesai semua?
.Sherine.
Udah kok, kamu sendiri?
.Nico.
Udah juga kok. Sherine sayang, doakan aku ya, semoga pertandinganku besok lancer
.Sherine.
Pasti, aku kan selalu berdoa untukmu
.Nico.
Maafkan aku jika aku pernah melakukan kesalahan pada mu. Aku akan kembali membawa kemenangan. Sudah dulu ya, sudah malam. Nice dream, love you
.Sherine.
Apa maksudmu? Kau tidak pernah melakukan kesalahan. Ya, nice dream. Love you too

Entah apa maksud Nico, pesan darinya membuatku sulit memejamkan mata. Ku mencoba melupakan namun tak bisa. Sangat jarang Nico meminta maaf atas segala yang kita lewati bersama. Ku mencoba menerka, namun nihil. Ku tak mampu mengartikannya.
***
Cahaya mentari begitu menghangatkan. Sinarnya yang indah mendamaikan hati. Hal yang ku benci datang menghampiri. Dimana aku harus berpisah dengan Nico beberapa hari karena Nico mengikuti pertandingan basket di Bandung.
“huufft, sekarang Nico mau berangkat. Kalau rindu gimana?” curhatku lebay
“jaman canggih, HP ada, tinggal sms atau telephone apa susahnya” jawab Lena singkat

                Tiba – tiba datang sesosok cowok yang menghampiri dengan membawa sekuntum bunga mawar dan coklat. Ternyata itu semua taktik Nico untuk memberi ku kejutan.
                “tunggu aku yah, aku hanya pergi 3 hari. Jangan nakal loh” pesan Nico konyol
                “iya, aku akan menunggumu. Jangan lupa hubungi aku setiap selesai bertanding” pinta Sherine
                “pasti. Len, tolong jaga Sherine ya” pesan Nico kepada Lena
                “pasti Co, aku sama Sherine akan menunggumu” tutur Lena
                “aku berangkat dulu ya. Doakan aku, aku akan kembali” pamit Nico
                “hati – hati ya” pesan Lena dan Sherine
***
                Pagi ini tak ku lihat Nico latihan. Aku lupa kalau Nico masih mengikuti pertandingan di Bandung. Waktu terasa lama. Aku merindukannya. Lama tak kulihat senyum manisnya, lama tak ku lihat peluh yang membasahi wajahnya.
                “Len, masih 2 hari lagi yah” rengek ku manja
                “sabar ya” nasehat Lena
                “Nico punya pesan untukku” Tanya ku manja
                “tidak ada, jika dia tak kembali..” pesan Lena belum selesai
                “maksud mu apa Len? Jangan membuat aku khawatir” Tanya Sherine beruntun
                “sudahlah” jawab Lena pasrah

                Malam kian larut, ku menanti sms dari Nico. Namun hati tetap menyuruh untuk bersabar. Mungkin Nico terlalu capek dan akan mengabariku besok pagi. Nico, aku akan menunggumu.
***
Pagi ini terasa mendung. Tanpa kusadari fotoku bersama Nico jatuh dan pecah. Pertanda apa ini, aku sangat takut.
                “Lena, aku takut. Tadi fotoku bersama Nico jatuh” cerita ku
                “sudahlah. Berpikirlah yang positive tentangnya” pesan Lena menenangkanku

                Sudah tak tenang pikiranku ini. Tanpa kusadari HP ku berbunyi, pesan masuk dari orang tak ku kenal.
                .085731370xxx.
                Ini Sherine?
                .Sherine.
                Iya, benar. Ini siapa ya? Ada apa?
                .085731370xxx.
Aku hanya ingin mengabarkan, kalau Nico meninggal. Seusai pertandingan, saat dibawa ke Rumah Sakit, ternyata dia terkena Lemah Jantung tapi tetap memaksa kan diri.
.Sherine.
Tidak. Nico ku akan kembali.

Seketika itu, aku tak mampu melewati hari – hariku tanpa Nico. Nico yang selalu menyapa ku saat pagi, selalu mengingatkanku agar makan. Kini ia telah tiada. Sejak saat itu aku sangat benci dengan pelangi dan rintihan air hujan. Karenanya, Nico telah tiada. Namun, ku disini tetap dengan Sherine yang kau kenal.
 
end..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar